II. Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium sebagai Pilar Iman

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Tentang Tradisi Suci

Arti/Makna Tradisi Suci
  • Tradisi Suci adalah pengalaman iman para rasul bersama Yesus yang kemudian disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia
  • Dalam Katolik dikenal ada: Tradisi (dengan T besar) dan tradisi (dengan t kecil).
  1. Tradisi Suci dengan T besar lebih luas cakupannya karena menyangkut pengalaman iman para Rasul dengan Yesus dan tidak bisa diubah-ubah begitu saja. Misal: materia sakramen-sakramen, termasuk yang tertulis yaitu KS atau dogma/doktrin.
  2. tradisi dengan t kecil lebih kepada kebiasaan-kebiasaan Gereja yang manusiawi, dan karenanya bisa diganti dengan kebiasaan lain yang sesuai dengan zaman. Misal: Penggunaan organ dalam ibadat, penggunaan lonceng dsb.
Contoh-Contoh Tradisi Suci:
  • Pengalaman iman secara lisan para Rasul yang berjumpa dengan Yesus
  • Kitab Suci sebagai Tradisi Suci Tertulis
  • Dogma yang diajarkan Gereja Katolik melalui Konsili- konsili (cth: KEESAAN DAN KE-TRITUNGGAL-AN ALLAH, dan seluruh pengakuan iman dalam Credo/Aku Percaya);
  • Dogma yang diajarkan oleh Bapa Paus, selaku penerus Rasul Petrus, dan yang juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuan dengan Bapa Paus (cth: Maria immaculata, Assumption of Mary)
  • Sakramen-sakramen.

Tentang Kitab Suci

A. Perspektif Gereja Katolik tentang Kitab Suci
  • KS bukan buku sejarah atau kitab yang turun langsung dari surga, tetapi ungkapan/refleksi iman dari para penulis terhadap peristiwa Allah yang menyelamatkan umatNya. Maka, KS berisi tentang wahyu Allah dan tanggapan atasnya.
  • Karena ini adalah ungkapan iman, maka dalam membaca kitab suci, kita perlu tahu makna yang terkandung di dalam teks, berdasarkan konteks itu ditulis dan teksnya (perikop lengkap, bukan sepenggal), serta menatapkannya pada realita sekarang.
  • Kebenaran KS ada pada makna (esensi) dari tulisan. 
B. Dua bagian besar Kitab Suci Katolik: Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB).
  • Disebut PL karena berisikan perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh Allah dengan manusia, sebelum Yesus tampil. Disebut PB karena berisikan perjanjian terakhir yang diadakan oleh Allah lewat Yesus Kristus sendiri. Isi dari PB menggenapi/memperjelas apa yang ditulis dalam PL. Jadi, PB tidak menggantikan PL.
  • Jumlah total tulisan yang diterima oleh Gereja Katolik dalam Alkitab ada 73 tulisan :
    • 46 tulisan PL yang terdiri dari 39 kitab protokanonik dan 7 kitab deuterokanonika.
    • 27 tulisan PB yang terdiri dari Injil, Kisah Para Rasul, Surat dan Kitab Wahyu.
  • Proses untuk menentukan tulisan mana yang bisa masuk dalam Alkitab disebut “Kanonisasi Alkitab”. Istilah “Kanon” berasal dari Bahasa Yunan qane (batang gelagah atau tongkat pengukur) atau bisa diterjemahkan sebagai pedoman/norma. Maka kanon alkitab berarti daftar resmi kitab-kitab yang diakui sebagai Sabda Allah.
  • Gereja Katolik menetapkan kanon Alkitab secara definitif (setelah perdebatan panjang sejak abad 4) pada “KONSILI TRENTE” (8 April 1546) melalui dekrit “De Canonicis Scripturis”. Pada dasarnya ini hanyalah peneguhan dari yang sudah ada dalam gereja lokal.
Tempat Alkitab dalam Hidup Gereja
  • Alkitab bagi Gereja menjadi pedoman iman, santapan kehidupan Gereja.
  • Sebagai pedoman iman, Alkitab berisi “hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja”. Dalam liturgi, Liturgi Sabda (Pembacaan KS dan Permenungannya) mendapatkan tempat utama untuk mempersiapkan Liturgi Ekaristi.
  • Sebagai santapan kehidupan, ia berperan untuk menumbuhkan, mengembangkan dan memperbarui terus-menerus iman Gereja. Dei Verbum (DV) 26, Ad Gentes (AG) 15 dan 21 mengungkapkan perkembangan Gereja tergantung pada penghayatan sabda Allah. 
  • Maka, sudah semestinya, setiap anggota Gereja akrab dengan Alkitab (KS), yakni mau mendengar, membaca dan merenungkannya sebagai kebiasaan (habitus). “Barangsiapa tidak mengenal Kitab Suci, ia juga tidak akan mengenal Kristus.” (St. Hieronimus)

Tentang Magisterium

  • Magisterium adalah wewenang mengajar Gereja, yang terdiri dari Bapa Paus (sebagai pengganti Rasul Petrus) dan para uskup (sebagai pengganti para rasul) dalam persekutuan dengannya, yang diberikan karisma dalam hal pengajaran mengenai iman dan moral.
    • Sifat infalibilitas (tak dapat salah) ini tidak berlaku dalam segala hal, namun hanya dalam hal iman dan moral, yaitu pada saat mereka mengajarkan dengan tindakan definitif, seperti yang tercantum dalam Dogma dan Doktrin resmi Gereja Katolik.
  • Selain itu, Magisterium memiliki wewenang untuk menafsirkan Alkitab secara gerejawi dan membagikannya ke umat. Imam membantu Magisterium untuk melanjutkannya ke umat.
  • Dasar KS: 2 Ptr 1:20-21; 3:16. 

Hubungan Tradisi Suci-Kitab Suci-Magisterium

  • Tradisi Suci mengungkap pengalaman iman -> direfleksikan dalam KS -> dilanjutkan dengan pewartaan (lisan dan tertulis) oleh para rasul -> diajarkan dan diuptodate oleh para pengganti para rasul (magisterium Gereja).
    • Oleh karena itu Alkitab harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Alkitab lepas dari Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi.
    • Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati Gereja di segala zaman itu harus dikontrol dalam terang Alkitab. Pengontrolan ini ada dalam wilayah Magisterium Gereja.
  • Maka, dalam menafsirkan Tradisi & Alkitab, wewenang (otoritas) untuk mengajar soal-soal iman dan moral (magisterium) ada di tangan para uskup sebagai pewaris sah para rasul dengan Paus sebagai pemimpin, yakni pengganti Petrus. mengapa? sebab dalam 2Pet 3:15-16 diingatkan bahwa Alkitab sangat sulit untuk dimengerti sehingga butuh wewenang khusus untuk menafsirkannya dan wewenang itu ada di tangan Gereja yang sudah diberi wewenang oleh Yesus sendiri.
This entry was posted in KATEKESE and tagged , , , , . Bookmark the permalink.