MISTERI IMAN KATOLIK

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

2. Wahyu dan Iman dalam perspektik Katolik:

A. Apa itu Wahyu?

Wahyu (revelation) dari kata latin “Revelare” (menyingkap). Apa yang disingkapkan? DiriNya dan RencanaNya. Maka WAHYU ALLAH adalah Tindakan Allah yang menyingkapkan dirinya dan rencana keselamatanNya untuk semua ciptaan. Ia adalah God’s Self-communication to humanity.

Dalam Perjanjian Lama (PL), Wahyu Allah itu disampaikan lewat pewartaan para Nabi, dalam Perjanjian Baru (PB), Wahyu Allah itu memuncak dalam Yesus Kristus sendiri (dalam sabda dan tindakan). Yesus sendiri menjadi Gambar Allah yang terlihat. Maka, pewahyuan Yesus menggenapi pewahyuan dari Para Nabi di PL. Ia melengkapi dan memperjelas siapa Allah dan rencanaNya.   

Dasar KS dan Tradisi: Efesus 1:9; 2:18; 2 Petrus 1:4, Ibrani 1:1-2; Dei Verbum (DV) 2.

B.  Apa itu Iman?

Bila Wahyu adalah Tindakan Tuhan untuk berkomunikasi dengan manusia sehingga manusia tahu siapa Allah dan apa rencana keselamatanNya bagi manusia, maka, Iman adalah tanggapan manusia secara merdeka akan wahyu (dengan seluruh pikiran, hati, dan kehendak bebasnya).

Ada tiga gerak dalam Iman:

  • Believing: orang percaya akan Wahyu Allah karena daya akal budinya, karena mendengarkan sesuatu atau membaca sesuatu dari KS.
  • Trusting: orang dengan hatinya menerima pewahyuan itu sebagai pengalaman diri yang membahagiakan dan memberi pembaruan hidup sehingga ia dengan pikiran dan hatinya “menyerahkan diri” menjadi muridNya.
  • Doing: orang yang sudah tertambat hati dan pikirannya, ia dengan kehendak bebasnya siap diutus untuk melaksanakan misi yang diemban Yesus: keselamatan seluruh ciptaan.

Ada 6 Ciri Iman yang sejati: 1). Rahmat Cuma-Cuma; 2). Menuntut kehendak bebas dan kemerdekaan batin untuk menanggapi; 3). Akan bertumbuh bila dirawat, secara personal ataupun komunal; 4). Dibutuhkan untuk Keselamatan; 5). Mengarah pada cinta kasih aktif (bukan egosentris); 6). Memberi kesempatan utk mencicipi kegembiraan surgawi/mengalami pembaruan diri.

Teladan iman itu dapat dilihat dari figur dalam PL: Abraham, dalam PB: Bunda Maria

Dasar KS ttg Iman: Rom 16: 26 ; Rom 1:5 ; 2Cor 10:5-6

C. Ungkapan/rumusan iman yang jelas, padat dalam katolik ada dalam doa “Aku Percaya” (Credo).

Ada dua rumusan syahadat:

  1. Syahadat Para Rasul (singkat) yang sudah ada sejak abad ke-2 dan kemudian mengalami perkembangan sampai diresmikannya di abad ke-7.
  2. Syahadat Nikea-Konstantinopel (panjang) yang dihasilkan oleh konsili Nicea (thn 325) dan konsili Konstantinopel I (thn 381) untuk menanggapi beberapa ajaran sesat yang muncul pada waktu itu. Rumusan Syahadat Panjang lebih bernuansi refleksi teologis ketat. 

Walau dalam rumusan sedikit berbeda, keduanya memiliki inti yang sama: 1). Percaya akan Allah Bapa; 2). Percaya akan Yesus Kristus; 3). Percaya akan Roh Kudus; 4). Percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik; 5). Pengakuan akan baptis; 6). Pengakuan akan kebangkitan hidup dan harapan akan kebangkitan. Bila mau diringkas menjadi tiga poin: doa aku percaya memperlihatkan pokok iman yang terhubung:

  • Tritunggal Mahakudus sebagai dasar persekutuan
  • Gereja sebagai wujud persekutuan
  • Persatuan dengan Allah sebagai arah persekutuan (disebut keselamatan)

Setelah Konsili Vatikan II (1965): baik Syahadat Panjang ataupun Pendek boleh digunakan dalam Ekaristi Hari Minggu dan Hari Raya. Pemimpin liturgi bisa menentukan mana yang akan digunakan.

3. Keselamatan (salvation): Buah Iman

Keselamatan adalah hubungan yang selaras antara Allah dengan seluruh ciptaanNya (persekutuan/communion) atas dasar cinta kasih dan keadilan. Maka situasi yang mengikutinya adalah pemulihan keadaan, pengampunan, sukacita dan pembaruan (bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga orang lain dan lingkungan sekitar). Dengan kata lain, keselamatan adalah pulihnya relasi dengan Allah yang memampukan orang dapat memiliki sukacita dalam perubahan yang lebih baik (transformasi/metanoia).

Arah dari keselamatan bukanlah egosentris, tetapi persekutuan yang altruis. Gereja sebagai “Sakramen Kehidupan” perlu mewujudkan gambaran persekutuan yang altruis ini di dunia, sebagai tanda keselamatan yang nyata hadir. Nantinya, kita semua memiliki harapan akan adanya “Persekutuan Kekal” dalam kerajaan Allah.

Ini butuh rahmat dan usaha manusia (pembaruan diri terus-menerus/metanoia). Dalam iman Katolik, dengan baptis, manusia dipulihkan keadaannya, namun ini masih butuh upaya manusia utk terus memperbarui diri sampai saatnya mengalami keselamatan kekal.

Dasar KS: 2 Peter 1:3-4

This entry was posted in KATEKESE and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.