HARGA KEMURIDAN – Tidak Murah dan Murahan

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Kita memasuki Minggu Prapaskah Minggu Prapaskah V. Itu berarti kita sudah semakin mendekati puncak perayaan iman kita dalam Pekan Suci pekan berikutnya. Dalam persiapan akhir ini kita diajak untuk merenungkan akan paradoks kehidupan sebagai murid-murid Yesus. Mendalami spiritualitas dasar seorang kristiani yang bersumber pada Salib dan Kebangkitan.
 
Hidup kristiani adalah sebuah cara hidup yang ditandai dengan kenosis yakni pengosongan diri dari cinta diri, kehendak diri dan kepentingan sendiri (self love, self will dan self interest) untuk menuju sebuah cara hidup pemberian diri bahkan pengorbanan diri. Itulah puncak pencapaian seorang kristiani, seorang murid Yesus yaitu tindakan pemberian diri bahkan pengorbanan diri. Hal itulah yang dimaksud Yesus ketika Ia berbicara tentang biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati untuk menghasilkan buah: “Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
 

Para pengikut Yesus harus mengikuti jejak-Nya. Mengikuti Yesus sebagai seorang murid berarti harus belajar menapaki jalan yang telah dilalui-Nya. Yesus ada di dalam kemuliaan. Tapi untuk sampai ke sana dia harus melewati gerbang kematian dalam kesetiaan dan ketaatan kepada kehendak Allah. Itulah kisah Yesus. Itu juga harus menjadi kisah hidup kita. Surat kepada Ibrani menggambarkan dan memberikan ilustrasi yang terang benderang Kisah Hidup Yesus secara ringkas dan pergumulan seorang manusia
yang bisa menjadi acuan pembelajaran bagi kita semua.
 

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut; Akan tetapi sekalipun Anak, Kristus telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
 

Injil minggu ini melukiskan titik persimpangan dalam kehidupan Yesus. Ia berada pada titik yang menentukan (point of no return). Tidak ada jalan lain selain maju terus apapun resikonya. “Sekarang jiwa-Ku terharu, dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? TIDAK, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Sebagai murid-murid Yesus pantaslah kita bertanya dalam diri kita masing-masing:

  • Apakah Aku TETAP MAU MENGIKUTI YESUS?
  • Apakah Aku MAU MENAPAKI JALAN YESUS?
  • Apakah Aku MAU MENGHINDAR / MUNDUR dari TANTANGAN / MASALAH KEHIDUPAN?

 

Harga mengikuti Yesus itu tidak murah dan murahan. Inilah yang ditegaskan oleh Paus Fransiskus “Tidak ada Kekristenan murahan. Ikut Yesus berarti melawan arus dan meninggalkan kejahatan dan cinta diri” (There is no such thing as low-cost Christianity. Following Jesus means swimming against the tide, renouncing evil and selfishness).
 

Minggu ini ada pelayanan Sakramen Tobat di gereja-gereja untuk memberi kesempatan
mempersiapkan batin menyambut Paskah. Semoga kita masing-masing menggunakan kesempatan istimewa ini dan boleh mengalami belas kasih Allah yang nyata, sehingga menghasilkan pembaharuan hidup dan suka cita Injili. Kiraya Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda kita semua, senantiasa menyertai kita dalam langkah-langkah pembaharuan hidup kita.
 

Tuhan memberkati.

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.