Menanggapi Undangan Tuhan

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Dalam Mat 22:1-14 yang dibacakan sebagai Injil Minggu Biasa ke 28 ini disampaikan perumpamaan mengenai siapa yang akhirnya masuk ke dalam Kerajaan Surga dan bagaimana mereka bisa sampai ke sana. Dikisahkan, ada orang-orang yang sebenarnya sejak awal sudah beruntung karena “diundang ke perjamuan” tapi mereka malah meremehkan ajakan ini. Karena itu keberuntungan yang sebenarnya dapat mereka nikmati jadi beralih kepada orang-orang lain yang tadinya tidak masuk hitungan.

 
Mereka yang menolak kehilangan dua hal. Pertama rusaklah hubungan dengan raja yang bisa melindungi mereka. Kedua mereka kehilangan kesempatan ikut pesta nikah yang meriah yang memiliki arti khusus tadi. Jadi mereka semakin menjauhkan diri dari kesempatan yang bakal membuat hidup mereka berarti. Mereka menjauh dari Kerajaan Surga. Inilah yang hendak ditunjukkan dalam perumpamaan ini.

 
Dalam alam pikiran budaya bangsa Israel dan sekitarnya, pakaian memberi bentuk kepada orang yang memakainya sehingga dapat dikenali. Tidak mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa sungguh mau mengikuti pesta. Orang baru dapat dikatakan datang ikut perjamuan pesta bila memang mau menghadiri pesta itu, bukan untuk urusan lain. Datang tanpa pakaian yang cocok berarti tidak membiarkan diri dikenal sebagai yang datang untuk itu. Komitmen setengah-setengah ini kurang dapat menjadikan hidup orang menjadi bagian dari hidup dalam Kerajaan Surga. Kebalikannya, datang dengan mengenakan pakaian pesta berarti datang tanpa maksud atau tujuan lain. Yang bersangkutan akan dikenali sebagai orang yang hidupnya sedang berubah dari yang ada di persimpangan jalan menjadi dia yang hidup dalam perjamuan yang makin memanusiakan dan makin mendekatkan ke keilahian.

 
Perumpamaan tersebut menjadi ajakan bagi kita semua untuk sungguh-sungguh serius menanggapai undangan Tuhan dan ketika kita memilih untuk menanggapi maka kita fokus untuk bisa ikut serta dengan sepenuh hati tanpa terbelah oleh perhatian dan kepentingan lain. Itulah pesan utama yang perlu kita tangkap dan pahami dengan jelas.

 
Tentu kita akan sedikit melebar meskipun itu berguna, kalau kita menarik ke praktek etiket berbusana di dalam mengikuti ekaristi di gereja. Ada baiknya sesekali diingatkan kembali bahwa kita ke gereja untuk beribadat, maka alangkah baiknya bila kita mengikutinya dengan persiapan batin sekaligus persiapan fisik yakni berbusana yang rapi, sopan dan pantas. Tidak ada dress code selain RSP (rapi, sopan, pantas). Masing-masing punya persepsi tentang hal itu, tetapi kiranya kita bisa memilki kesadaran yang sama tentang etiket tersebut yaitu intensi kita ke gereja adalah beribadat. Marilah kita ikut menciptakan suasana yang kondusif sehingga dapat saling mendukung untuk dapat berdoa bersama dengan khidmad menanggapi undangan untuk ikut serta dalam Perjamuan Tuhan. Kita tidak menjadi batu sandungan / membuat orang lain gagal fokus dalam ibadat. Lebih penting lagi, Kita usahakan bersama supaya kita tidak gagal faham dan gagal fokus dengan pesan Injii minggu ini yakni serius menanggapi undangan Tuhan dan ikut serta dalam pesta dengan sepenuh hati.

 
Semoga Bunda Maria senantiasa mendampingi langkah kita teristimewa dengan doa Rosario yang kita daraskan dalam bulan Oktober ini membantu kita menjadi pribadi-pribadi yang tanggap dan tangguh menatap kehidupan dengan mata Maria, Bunda kita semua. “Rosario adalah simpul akan misteri Kristus: kita merenungkan misteri itu bersama Maria, yang memperkenankan kita melihat dengan matanya yakni mata iman dan kasih” (Paus Fransikus @Pontifex).

 
Tuhan memberkati

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.