PERGUMULAN TERUS MENERUS 

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

 
Kita kembali memasuki masa biasa. Pada Minggu Biasa X ini, kita dingatkan melalui bacaan-bacaan hari minggu ini untuk menyadari bahwa di dalam dunia ini bahkan di dalam diri kita sendiri terjadi tarik ulur dan pergumulan terus menerus sepanjang hidup. 
 

Bacaan Pertama dari Kitab Kejadian mengutip kisah Manusia Pertama Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa karena godaan licik dari ular. Hasilnya pernyataan perang yang tak berujung antara keturunan manusia dan ular. Kuasa kegelapan dan dosa yang disimbolkan dalam ular senantiasa akan menggoda dan menjatuhkan manusia ke dalam dosa dan kejahatan yang makin canggih dan sadis. Inilah peperangan abadi antara Roh Allah dan Roh Jahat, Budaya Kehidupan dan Kematian, Rahmat dan Dosa. Hal itu menyertai perjalanan hidup kemanusiaan baik secara individual maupun secara komunal sebagai umat manusia. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15). 
 

Sadar akan hal itu, St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menasehati pendengarnya agar tetap fokus dan tidak teralihkan fokus kita pada jalan yang telah kita pilih yang menuntun kita kepada hidp kekal. Tidak akan mudah dan mulus jalannya, tetapi kita selalu diberi kekuatan untuk teguh dalam jalan Tuhan. “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (2 Kor 4: 16-17) 
 

St. Paulus mengajak jemaat Korintus tetap mengarahkan pada nilai-nilai luhur dan tidak tergoda atau terperosot seperti manusia pertama. Hidup hanya sementara. Hidup harus bermakna dan jadi berkat. “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.” (2 Kor 4:18 – 5:1) 
 

Dalam kisah Injil minggu ini, Yesus digambarkan berhadapan dengan orang-orang Farisi yang menuduh Yesus melakukan karya mukjijat karena bersekongkol dengan iblis atau kuasa kegelapan. Yesus menjawab dengan memakai logika waras dan lurus. Pikiran mereka tidak lurus lagi karena kebencian dan iri hati. Apapun yang dilakukan Yesus sebaik apappun tidak ada yang benar di mata mereka. Hal sama bisa juga terjadi di dalam hati kita atau kelompok kita. Kecurigaan, ketakutan atau iri hati bisa membutakan mata dan menumpulkan logika serta mematikan rasa hati. 
 

Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.” (Mk 3:23-26) 
 

Kisah Injil hari ini ditutup dengan perjumpaan Yesus dan Ibu serta Saudara-saudaraNya. Yesus meneguhkan dan memperluas ikatan persaudaraan sejati dalam iman. Bukan hanya terbatas ikatan darah, suku, ras , daerah asal. Kita diajak memperluas makna persaudaraan sejati yaitu komitmen untuk melaksanakan kehendak Allah. Mereka semua yang berkehendak baik untuk kebaikan bersama (bonum communae). “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Yesus melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mk 3: 33-35) 
 

Kita mohon rahmat melalui devosi kepada Hati Kudus Yesus, agar kita boleh semakin mengalami dibaharui hati kita semakin serupa dengan Hati-Nya dan menjadi saudara/i Yesus yang sejati. 
 

Santa Maria Bunda Segala Suku, sertailah dan doakanlah kami bangsa Indonesia tercinta. 

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.