Imanmu Menyelamatkan 

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

 

Salam Damai dalam Kebhinnekaan. Pada Minggu Biasa XIII ini, kita dingatkan melalui bacaan-bacaan hari minggu ini untuk menyadari akan pentingnya bersandar pada kekuatan Allah namun sekaligus upaya dan kerja keras kita sebagai manusia. Kekuatan tak tergoyahkan sebagai orang beriman adalah iman itu sendiri. Iman yang berarti penyerahan dan kepercayaan akan kekuatan rahmat Allah yang menyelenggarkaan kehidupan kita. 
 
Kitab Kebijaksanaan menegaskan bahwa Tuhan menghendaki manusia hidup dalam kelimpahan rahmatNya. “Tuhan tidak menciptakan maut, Ia tidak bergembira karena makhluk yang hidup musnah binasa menemukan keselamatan.” Tuhan amat menyayangi umat manusia dan tidak menghendaki mereka musnah binasa, melainkan manusia beroleh keselamatan. Tuhan senantiasa membina umatNya, bukan membinasakan. Maut dan kebinasaan menjadi bagian dari pergulatan manusia karena kekuatan kegelapan dan dosa yang masuk melalui Roh Jahat / Setan yang tidak ingin manusia hidup dan beroleh keselamatan. “Karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia….” Kita diajak untuk menyadari 2 kekuatan besar yang bertarung di dalam dunia, bahkan dalam diri kita sendiri. Tuhan vs Setan, Roh Kudus vs Roh Jahat, Hidup vs maut, rahmat vs dosa, keselamatan vs kebinasaan. Inilah kebijaksanaan hidup paling dasar yaitu selalu memilih Allah dan Keselamatan yang ditawarkan Allah. 
 
St. Paulus dalam Suratnya kepada Jemaat di Korintus, memberikan inspirasi lebih lanjut untuk memaknai dan mewujudkan kebijaksanaan dalam sikap hidup sehari-hari. St. Paulus mendorong umat Korintus yang mapan dan berkecukupan untuk mulai memikirkan nilai luhur selain kekayaan material yaitu kaya secara rohani “hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih.” Kita juga semakin bijak dalam hidup ini kalau kita bisa bersikap seimbang, harmonis, ugahari. Berani mengatakan CUKUP, tidak berlebihan dan tidak berkekurangan. Dengan berani mengatakan CUKUP, kita bisa mulai keluar dari diri sendiri dan memikirkan orang lain yang berkekurangan, tidak dijauhkan dari sikap serakah. Kita belajar saling berbagi dan hidup dalam solidaritas. “Kelebihanmu mencukupkan kekurangan orang lain”. 
 
Kisah Injil minggu ini menggambarkan dinamika hidup beriman yang tercermin dari 2 tokoh yang ditampilkna yaitu perempuan yang sakit perdarahan dan Yairus, kepala rumah ibadat. Keduanya mengalami bagaimana belaar beriman. Perempuan yang sakit telah 12 tahun menderita. Dalam keputus asaan, ia masih menyimpan pengharapan kendati sudah samar-samar. Ia melakuan hal yang dia yakini akan menolong dengan tindakan sederhana namun penuh keyakian, “Asal kujamah saja jumbai jubahnya aku sembuh” Yesus memenuhi kerinduan perempuan yang menderita ini, “Imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.” Demikian juga keluarga Yairus yang sudah putus asa tak ada harapan lagi ketika berita sampai kepadanya, “Anakmu sudah mati”. Yairus percaya kepada Yesus yang meneguhkan hatinya, “Jangan takut. Percaya saja.” Sabda Yesus adalah sabda yang penuh kuasa. Kata-katanya menghidupkan dan menyelamatkan. “ Talita Kum. Hai Anak, Bangunlah.” 
 
Kita mohon rahmat minggu ini agar boleh semakin beriman dan bersandar pada Allah. Sembari kita berusaha sungguh-sungguh mengupayakan hal yang bisa kita lakukan. Inilah kekuatan dasar kita sebagai orang beriman. Kita cecap-cecap kebenaran ilahi yang dikatakan Yesus: Jangan takut. Percaya saja. Imanmu telah menyelamatkan engkau. 
 
Santa Maria Bunda Segala Suku, ajarilah kami beriman. Sertailah dan doakanlah kami bangsa Indonesia tercinta. 

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.