GARAM DAN TERANG DUNIA

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

 

Bacaan-bacaan dalam permenungan Minggu Biasa V mengajak kita semua menyadari bahwa pada ujungnya setiap murid Yesus diutus ke tengah-tengah dunia. Perutusan itu digambarkan dalam kiasan sebagai garam dan terang dunia. Demikian juga jauh sebelumnya, nubuat nabi Yesaya memberikan gambaran bagaimana beribadah secara tepat dihadapan Tuhan. Ibadat yang benar yang membawa kepada tindakan nyata wujud sikap kesalehan sejati. Dengan cara yang konkret kesalehan ibadah harus mewujud nyata dalam aksi nyata: “Aku menghendaki supaya engkau membagi-bagikan rotimu kepada orang yang lapar, dan membawa ke rumahmu orang-orang miskin yang tak punya rumah; dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah laksana fajar, dan luka-lukamu akan pulih dengan segera. Kebenaran menjadi barisan di depanmu dan kemuliaan Tuhan menjadi pengiringmu.” 

 

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus, memberikan catatan kristis atas praktek yang tidak patut yang terjadi dalam jemaat Korintus. Titik penting yang diungkap Paulus adalah perilaku hidup mereka baik sebagai pribadi maupun terutuama sebagai komunitas tidak mencerminkan cara hidup sesuai amanat Injil. Ada jurang lebar antara praktek ibadat ritual dan kehidupan sehari-hari. “Baik ajaran maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, melainkan dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya imanmu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” 

 

Dalam kumpulan pengajaran yang dipadatkan dalam Kotbah Di Bukit (Mateus Bab 5-7), Yesus menawarkan sebuah cara hidup baru dengan melalukan pembaharuan terhadapa praktek hidup keagamaan pada zaman itu. Boleh dikata, itulah manifesto Yesus, program karya atau visi misi Yesus yang sangat progresif dan revolusioner yaitu revolusi hati. Gambaran identitas seorang murid Yesus adalah garam dan terang. Garam itu memiliki jati diri pembeda yaitu asin. Garam bertindak secara tersembunyi dan senyap. Sedangkan terang itu merupakan gambaran keberanian menampakkan diri secara terbuka dan menghalau kegela-pan. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kamu adalah terang dunia.” Semuanya itu pada akhirnya harus menjadi ibadat sejati se-bagaimana diserukan Yesus: “Hendaknya ter-angmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu yang di surga.” Itulah ibadah sejati dan tuntas. 

 

Kita mohon rahmat melalui Bunda Maria, Bunda Segala Suku, Bunda yang Berhikmat, agar kita boleh semakin mampu menjadi terang dan garam dunia, sehingga melalui kesaksian hidup kita, nama Tuhan semakin dimuliakan.

 
 

Tuhan memberkati. 

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.