LAETARE – BERSUKACITALAH 

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Kita memasuki Minggu Prapaskah Minggu Prapaskah IV yang sering disebut Minggu LAETARE (bdk. Minggu III Adven = Minggu GAUDETE). Itu artinya kita sudah berada pada SEPARUH pertama dari masa Prapaskah. Seruan itu digemakan dalam antifon Pembuka misa: “Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan bersorak sorailah karenanya, hai semua para pencintanya. Bergiranglah riang ria bersama dia, kalian yang dulu berkabung karena-Nya.” Oleh karena itu warna Liturgi sedikit berubah dari ungu menjadi rose / pink, yang melambangkan pengharapan dan sukacita antisipasi perayaan Paskah.
 
Minggu ini juga disebut minggu BUNDA. Ada tradisi memberikan bunga mawar (pink / merah) dan perhormatan kepada IBU masing-masing dan GEREJA sebagai Bunda yang melahirkan umat beriman. Tentu saja ada penghormatan kepada Maria sebagai Bunda Gereja. Selain itu ada pula tradisi ziarah dan berdoa ke gereja induk dari Keuskupan masing-masing yaitu KATEDRAL (Mater Ecclesia).
 

Minggu Prapaskah IV juga disebut Minggu ROTI. Bacaan Injil bisa diganti dengan kisah Mukjijat Pergandaan ROTI atau Yesus sebagai ROTI HIDUP sebagai katekese bagi calon baptis yang akan menerima sakramen inisiasi pada malam Paskah. Oleh karena itu di dalam keluarga Katolik ada menu Khusus: ROTI SIMNEL. Roti yang diisi di dalamnya banyak bahan buah-buahan sebagai pengganti daging karena sedang pantang daging. Sebagai topping roti ditaburi gula halus warna putih.
 

Kita memang selayaknya bersukacita kare-na kita telah melewati separuh Masa Prapaskah. Kita diharapkan telah mengalami perjumpaan dengan Allah melalui peristiwa dan upaya-upaya kita menyediakan diri untuk mendengarkan SabdaNya dalam berbagai refleksi yang kita jalani. Hal yang menjadi alasan mendasar kita bersuka cita dirumuskan dengan jelas dan lugas namun indah oleh St. Yohanes dalam Injilnhya yang menyarikan pesan pokok Injilnya:
 

“Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yohanes 3:16-17). Pertanyaannya apakah kita sungguh telah mengalami betapa Allah mengasihi kita secara pribadi. Karena tergerak oleh pengalaman kasih itulah, kita pun dimampukan membaharui diri bukan karena takut atau terpaksa, melainkan buah dari pengalaman kasih.
 

Semoga kita masing-masing boleh mengalami kasih Allah yang nyata, sehingga menghasilkan pembaharuan hidup dan suka cita Injili. Kiraya Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda kita semua, senantiasa menyertai kita dalam langkah-langkah pembaharuan hidup kita.
 
 

Tuhan memberkati.

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.