Pemimpin Perubahan

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

“Ketika batas kepemimpinan sedang diuji di banyak tempat, datanglah seorang pria tanpa tentara, tanpa senjata, tanpa kerajaan di luar tanah sempit di Roma. Tetapi dia datang dengan kekayaan dan sejarah besar di belakangnya untuk melemparkan tantangan pada dunia,” itulah gambaran Paus Fransiskus menurut Nancy Gibbs, redaktur pelaksana majalah Time, yang ditulisnya di majalahnya, TIME, 11 Desember 2013.

Dalam kurun waktu kurang dari setahun, Paus Fransiskus telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Paus Fransiskus tidak hidup di istana kepausan yang dikelilingi tembok, tetapi di sebuah hostel yang dikelilingi imam. Dia berdoa sepanjang waktu, bahkan ketika menunggu giliran periksa di dokter gigi. Dia menaruh mobil dinas Mercedes-nya, dan memilih memakai Ford Focusnya yang lecet. Tidak ada sepatu merah, tidak ada salib emas, hanya besi melingkar di lehernya.

Majalah TIME memilih pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus, menjadi tokoh ’’Person of the year’’ tahun 2013. Dalam sembilan bulan pertama jabatannya di tahta Vatikan, Paus Fransiskus menempatkan diri di tengah percakapan utama masa kini – tentang kekayaan dan kemiskinan, keadilan dan transparansi, modernitas, globalisasi, peran perempuan, pernikahan, dan godaan kekuasaan. Nama Paus Fransiskus begitu merasuk sampai kedalam relung hati sanubari setiap umatnya, sehingga banyak keluarga yang memiliki bayi yang baru lahir memberi nama bayi mereka Fransesco (nama Fransiskus dalam bahasa Italia).

Gereja Katolik adalah salah satu lembaga tertua, terbesar, dan terkaya di bumi, dengan pengikut setia sekitar 1,2 miliar. Perubahan di dalamnya tidak datang secara alami. Birokrat dan pastor Vatikan dituduh saling bertikai, korup, dan terobsesi dengan aturan-aturan yang dibuat dengan pikiran sempit. Di sinilah Paus Fransiskus datang dengan prinsip: jangan hanya berkhotbah, tapi dengarkan; jangan hanya memarahi, tapi sembuhkan.

Paus Fransiskus menolak segala kemegahan dan hak istimewanya, merilis informasi keuangan Vatikan untuk pertama kalinya, menegur Uskup Agung Jerman yang boros, bahkan menawarkan diri untuk membaptis bayi dari seorang wanita yang bercerai – yang mantan suaminya ingin dia menggugurkan kandungannya. Semua yang dilakukan sang Paus lebih dari simbol kasih sayang dan transparansi.

Allah telah menyematkan sebuah lencana di dada Paus Fransiskus, lencana yang paling humble, lencana kerendahan hati yang begitu agung, dia adalah Paus pertama yang embuat terobosan dengan membasuh dua belas narapidana remaja di penjara di Roma dan dua diantaranya wanita serta dua dari keduabelas narapidana itu non atholik, ketika ritual kamis putih yang biasanya digelar untuk melambangkan tindakan kerendahan hati Yesus, yang membasuh kaki dua belas
murid-Nya sebelum disalibkan. Tradisi ini pun tidak dilaksanakan di Gereja Basilika Santo Petrus, seperti yang biasa dilakukan para Paus pendahulu, tetapi dilakukan di Penjara Casal del Marmo, Roma, Italia. Walaupun Misa diadakan di penjara, Radio Vatikan menyiarkan langsung prosesi Misa tersebut. Dalam video yang dirilis Vatikan memperlihatkan, Paus membasuh kaki pria berkulit hitam, putih, kaki wanita, bahkan kaki bertato. Bagaimana seseorang yang menduduki takhta tertinggi di Gereja Katholik membasuh kaki narapidana, membungkuk dan mencium kaki mereka satu persatu. Hal demikian hanya dapat dilakukan oleh seorang pemimpin yang mempunyai lencana yang paling humble dari Sang Guru Illahi.


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna“ (Roma 12:2)

Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai pendekatan kepemimpinan yang menyebabkan perubahan pada individu dan sosial system. Dalam bentuk idealnya, itu menciptakan perubahan berharga dan positif untuk pengikutnya, dengan tujuan akhir pengembangan pengikutnya menjadi pemimpin, dalam bahasa lainnya adalah pemberdayaan pada setiap individu yang dipimpinnya (empowerment). Kepemimpinan transformasional meningkatkan motivasi, moral dan kinerja pengikutnya melalui berbagai mekanisme. Menjadi panutan bagi pengikutnya yang dapat menginspirasi mereka; menantang pengikutnya untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pekerjaan mereka, dan memahami kekuatan dan kelemahan pengikutnya, sehingga pemimpin dapat menyelaraskan pengikutnya dengan tugas-tugas yang mengoptimalkan kinerja mereka.

Seorang pemimpin perubahan selalu memiliki pikiran positif. Dengan pikiran positif ia mengubah semua rintangan dan tekanan menjadi sebuah kesempatan yang terbuka. Orang yang memiliki pikiran positif selalu cenderung berpandangan optimistis, sebaliknya orang yang berpikiran negatif cenderung pesimistis. Orang yang berpikiran positif melihat peluang di tengah persoalan; sebaliknya orang berpikiran negatif melihat persoalan di tengah peluang. Orang berpikiran positif melontarkan saran; orang berpikiran negatif melontarkan kecaman.

Seorang pemimpin perubahan adalah pemimpin masa depan, dialah yang mendobrak tirani-tirani kekuasaan, kediktaktoran, kelaliman dan kesewenang-wenangan, merubah gaya kepemimpinan transaksional yang bersumber system take and give, menjadi sebuah pelayanan yang merakyat, merubah telunjuknya yang sakti menjadi ajakan-ajakan yang bersahabat tanpa hentakan namun dengan kasih – Kasih Illahi.

FX. Sugito Wijaya

This entry was posted in Warna Warni. Bookmark the permalink.