MISTERI IMAN KATOLIK

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

1. Tritunggal Mahakudus (Trinitas)

Paham tentang Tritunggal Mahakudus berbeda dengan Triteisme yang mempercayai 3 Tuhan karena paham Triteisme terlalu menekankan perbedaan ketiganya. Hal mendasar (inti) dari Tritunggal Mahakudus adalah Memercayai “Satu Allah” (Monoteisme) yaitu tentang 1 Kodrat KeAllahan.

Paham tentang Tritunggal Mahakudus juga berbeda dengan Modalisme yang memercayai Allah yang satu tapi beda tugasnya. Modalisme terlalu menekankan kesatuan pribadiNya, tetapi membeda-bedakan tugas KeAllahan. Misalnya dalam PL: Allah Bapa (tugasnya mencipta); dalam PB: Allah Putra (tugasnya memelihara); dalam Kisah Para Rasul: Allah Roh Kudus (tugasnya menguduskan). Dalam Tritunggal Mahakudus, ketiga pribadi Allah bersama-sama dalam tugas untuk mencipta, memelihara, dan menguduskan (tugas keAllahan).

Maka, pemahaman tentang Tritunggal Mahakudus adalah Allah yang memiliki satu kodrat (nature): yang ilahi, namun mewujud dalam tiga pribadi (persons): Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Di luar kerumitan istilah itu, misteri Tritunggal Mahakudus ingin mengungkapkan mengenai “Persekutuan Kasih.” Tritunggal Mahakudus ingin merefleksikan bagaimana Allah itu setia hadir (sejak penciptaan sampai nanti manusia dipersatukan lagi denganNya dalam kasihNya).

  • Berdasarkan pengalaman bangsa Israel yang tertulis dalam KS, Allah adalah Kasih. Kasih tersebut diungkapkan kepada manusia dengan penyertaanNya mulai dari penciptaan sampai upayaNya untuk berkomunikasi dengan berbagai cara, serta memuncak melalui Putera-Nya Yesus, yang mengambil wujud manusia sehingga manusia bisa belajar daripadaNya.
  • Yesus adalah wujud Cinta Allah yang menjadi manusia dan Ia membuat Cinta Allah tersebut teralami langsung. Selama hidup-Nya, Ia memperkenalkan Cinta Allah kepada manusia. Ketika tiba saatnya Yesus kembali kepada Bapa,  Allah tidak meninggalkan kita seperti yatim piatu (bdk. Yoh 14:18).Dia tetap hadir melalui Roh Kudus, itulah Roh Kebenaran.
  • Roh tersebut adalah Roh Bapa dan Putera. Roh inilah yang memimpin kita kepada kebenaran, yaitu Allah telah datang dan bersabda kepada manusia. Dan bersama dengan Roh inilah,  Allah menemani kita dalam melakukan peziarahan di dunia ini hingga satu saat nanti kita akan memandang wajah Allah secara langsung dari muka ke muka.
Tentang istilah Satu Kodrat, Tiga Pribadi:
  • Kodrat dalam Bahasa Yunani adalah Ousia  yang artinya sama dengan Substantia (Bahasa Latin). Ousia, Substantia memperlihatkan tentang “What is” (apanya, kodratnya).
  • Pribadi dalam Bahasa Yunani adalah Prosopon yang artinya sama dengan Persona (Bahasa Latin). Prosopon, Persona memperlihatkan tentang “Who is” (siapanya, relasi, yang nampak)

Maka, dalam kodratNya dan tugasNya, Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu, namun ketiganya dapat dibedakan (secara relasi, penampakan). Analogi sederhana yang membantu (walaupun tidak lengkap menjelaskan misteri ini) adalah Api. Dalam satu api (kodrat), ada tiga unsur (pribadi): nyala, cahaya, dan panas. Sekali lagi, analogi ini hanya untuk menggambarkan, bukan menjelaskan secara utuh tentang Tritunggal Mahakudus.

Kata “Trinitas” memang tidak tertulis langsung dalam KS. Tetapi maknanya dapat direfleksikan dalam KS dan hal ini yang dilakukan oleh Bapa-Bapa Gereja dalam Konsili awal. Dasar KS yang bisa dijadikan renungan tentang Tritunggal Mahakudus: Yoh 1:1-14 karena di situ ditunjukkan secara reflektif bagaimana kasih Allah itu mewujud untuk ciptaan. Sumber lain: Mat 3:16-17; 28:19; 2 Kor 13:14; Yoh 14:16; 17:5, dll.

Dengan paham Tritunggal ini ada dua poin pokok yang Gereja ingin sampaikan:
  1. Pengalaman Iman akan “Allah yang Satu” yang bukan hanya pencipta, namun Allah yang sama yang selalu hadir dalam perjalanan (sebagai pemelihara dan pengudus). INILAH KASIH ALLAH BAGI UMATNYA.
  2. Menjelaskan arti “Communion” (Persekutuan) dan peran Gereja -> di dalam melaksanakan tugasnya untuk mencipta, memelihara dan menguduskan, Allah Bapa bekerjasama dengan Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Maka, kasih itu tidak sendiri, kasih butuh kerjasama. Di sinilah, kita sebagai anggota Gereja diundang untuk ikut serta bersama dengan Allah Tritunggal di dalam mencipta, memelihara, dan menguduskan kehidupan. INILAH PERAN GEREJA SEBAGAI SAKRAMEN KEHIDUPAN
This entry was posted in KATEKESE and tagged , , , , . Bookmark the permalink.