Makna dari Doa Ratu Surga Selama Masa Paskah

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Doa Ratu Surga (Puji Syukur No. 16)

P    Ratu Surga bersukacitalah, Alleluya.

U   Sebab Ia yang sudi kaukandung, Alleluya.

P    Telah bangkit seperti yang disabdakanNya, Alleluya.

U   Doakanlah kami pada Allah, Alleluya.

P    Bersukacitalah dan bergembiralah, Perawan Maria, Alleluya.

U   Sebab Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya.

Marilah berdoa: (bersama-sama)

Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus. Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama bundaNya, Perawan Maria. Demi Kristus, pengantara kami. Amin.

Kapan ini didoakan/didaraskan?

  • Secara tradisi, doa “Ratu Surga” (Regina Caeli) didoakan dengan berdiri, pada waktu pagi (06.00), siang (12.00) dan sore (18.00). SELAMA MASA PASKAH, Doa “Ratu Surga” ini adalah doa untuk menggantikan doa “Malaikat Tuhan” (Angelus).

Mengapa selama Masa Paskah, Doa Malaikat Tuhan diganti Doa Ratu Surga?

Ada beberapa alasan dan sejarah dibalik perubahan tersebut:

  • Yang pertama terkait dengan kesesuaian misteri yang hendak direnungkan. Doa Malaikat Tuhan merujuk pada misteri Inkarnasi, yaitu ketika “Sabda menjadi manusia dan tinggal di antara kita” sedangkan doa Ratu Surga merujuk pada misteri Paskah, yaitu pemenuhan dari misteri Inkarnasi, “Ia yang sudah kau kandung telah bangkit seperti disabdakan-Nya.” Maka, sudah sepantasnya jika doa Ratu Surga lebih sesuai dengan misteri yang ingin direnungkan dalam masa paskah.
  • Yang kedua terkait dengan tradisi. Diperkirakan bahwa antifon dalam “Ratu Surga” berasal dari Abad ke-10 atau ke-11. Antifon ini ditemukan dan digunakan dalam Antiphonarium Pertapaan St. Lupo di Benevento Abad 12, sedangkan teks musik tertua tentang Ratu Surga disimpan di Vatikan, yaitu sebuah manuskrip dari tahun 1171. Jadi, bukti-bukti historis menunjukkan bahwa doa Ratu Surga sudah ada dalam khazanah kekayaan Gereja sejak waktu yang cukup lama.
  • Yang ketiga terkait dengan dimulainya perubahan doa tersebut. Pada tanggal 20 April 1742, Paus Benedictus XIV menyetujui bahwa selama masa Paskah (mulai dari hari Raya Paskah sampai dengan Hari Raya Pentakosta), doa angelus (malaikat Tuhan) diganti dengan antifon Regina Caeli (Ratu Surga), untuk menegaskan misteri yang ingin direnungkan selama paskah dan juga kedalaman dan kekayaan makna doa Ratu Surga yang sudah ada lama di dalam Gereja.

Apa makna doa ratu surga?

  • Doa Ratu Surga ingin mengungkapkan suatu permohonan kepada Allah Bapa, agar bersama Maria kita dimampukan untuk menikmati sukacita dan kegembiraan kebangkitan Yesus Kristus. Sukacita yang seperti apa? Sukacita penebusan dan kegembiraan sebagai manusia baru, seperti halnya Maria yang diundang untuk bersukacita saat Malaikat Gabriel datang kepadanya dan memilihnya menjadi bunda Mesias sang penyelamat (Ave Maria, gratia plena).
  • Maka kita pun diundang untuk senantiasa rendah hari, bersyukur (bahkan di tengah-tengah situasi sulit yang kita alami dalam hidup sehari-hari) dan untuk terus memperbarui diri sehingga nantinya kita beroleh Kebangkitan bersama-Nya di surga, bersama Bunda-Nya, orang-orang kudus dan semua orang yang kita cintai! “Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya” (Mat. 28:6) dan juga dapat kita temukan dalam doa “Ratu Surga”.

Mengapa dengan perantaraan Maria?

  • Arah dari doa ini adalah ALLAH. Namun kita mohon dengan perantaraan maria karena kedekatannya dengan Sang Putera. Ketika Yesus berkata kepada Yohanes saat Ia berada di atas kayu salib “Inilah Ibumu” (Yoh. 19:27), Ia menunjuk kepada Maria bukan hanya sebagai ibu dari murid yang dikasihi-Nya, tetapi juga sebagai ibu dari semua orang Kristiani, ibu kita juga, sebagaimana telah dicatat oleh para teolog selama berabad-abad.
  • Kita berterima kasih kepada Bunda Maria untuk peran pentingnya dalam penyelamatan kita sebagai pengantara kita kepada Yesus. Secara manusiawi kita meyakini bahwa kedekatan seorang ibu akan lebih mudah membawa doa-doa kita pada puteraNya.
  • Maka Gelar “Ratu Surga” tidak menyatakan Maria sebagai saingan Allah dengan kekuasaan surgawi-Nya. Maria dinyatakan sebagai Ratu justru karena kerendahan hatinya yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk melakukan kehendak Allah. Allah sungguh merajai seluruh diri Maria.

Disarikan oleh B. Christian Triyudo Prastowo SJ

This entry was posted in KATEKESE, Pojok DOA and tagged , , . Bookmark the permalink.