Tahap-Tahap Perkembangan Doa Rosario (Part II)

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Doa rosario adalah doa sederhana namun mendalam. Kesederhanaannya terletak dalam doa vokal (pendarasan doa-doa pokok Katolik) yang bisa dilakukan oleh semua anggota Gereja. Kemendalamnya terletak dalam doa batin (permenungan peristiwa) yang merupakan undangan untuk merenungkan karya cinta dan kerahiman Allah dalam sejarah keselamatan. Sebagai DOA, asal usul Rosario tidak dapat ditentukan secara jelas secara historis, karena terbentuknya setahap semi setahap. Adapun tahap-tahap umumnya dapat disarikan sebagai berikut: *

Tahap I: Penggunaan Bulir-Bulir sebagai Sarana Doa

  • Penggunaan bulir-bulir (dengan batu atau gumpalan tali) dan pendarasan doa yang diulang-ulang untuk membantu meditasi berasal dari masa-masa awal Gereja dan telah ada bahkan pada masa-masa sebelum kekristenan. Fungsi bulir-bulir ini adalah untuk membantu mengingat doa-doa yang didaraskan dan urutannya.
  • Pada abad III M, ketika gereja awal mengalami banyak kesulitan dari kaisar-kaisar Roma, banyak orang memilih mencari tempat sepi, jauh dari keramaian. Beberapa mengkhususkan diri sebagai pertapa. Dalam kehidupan monastik itu, mereka sering mendoakan 150 Mazmur Daud dengan menggunakan bulir-bulir.
  • Karena ada para rahib yang tidak bisa membaca sehingga mereka kesulitan mendaraskan mazmur, maka mereka mengganti doa Mazmur Daud itu dengan mendaraskan 150 kali doa Bapa Kami yang sudah familiar dengan tali terikat-ikat. Tali itu disebut Pater Noster, sesuai dengan doa yang diucapkan yaitu Bapa Kami atau Mazmur Yesus.

Tahap II:  Penggunaan “Mazmur Maria” sebagai Doa Vokal (Pendarasan)

  • Sekitar abad pertengahan, figur Bunda Maria sangat familiar bagi orang-orang sederhana dan doa “salam maria” menjadi populer. Namun sampai abad ke-11, doa itu baru terdiri atas bagian pertama yakni kata-kata Malaikat Agung kepada Maria (“Salam Maria Penuh Rahmat, Tuhan Sertamu”) dan kata-kata Elisabeth kepada Maria (“Terpujilah engkau di antara wanita dan Terpujilah Buah Tubuhmu”). Kata “Yesus” baru ditambahkan pada abad ke-13, menjadi “Terpujilah Buah Tubuhmu, Yesus.” Bagian kedua, mulai “Santa Maria, Bunda Allah” baru diresmikan pada tahun 1568 oleh Paus Pius V.
  • Seiring perkembangan doa itu, pada abad 12, berkembang pendarasan entah 50 atau 150 salam Maria yang dihitung dengan butir-butir yang dirangkai dengan benang atau tali dan rangkaian itu dibuat berkelompok, setiap kelompok terdiri atas 10 butir. Ada pula praktik doa dengan mendoakan Salam Maria sebanyak 150 terbagi atas 15 sepuluhan yang masing-masing didahului doa Bapa Kami sebagai antifon dan ditutup dengan kemuliaan sebagai doa tanggapan.

Praktik doa seperti ini lazim dikenal saat itu sebagai PSALTERIUM MARIANUM atau Mazmur Maria. Mazmur Maria ini didaraskan untuk mengiringi renungan misteri hidup Yesus Kristus dalam Kitab Suci.

Tahap III: Penggunaan Istilah “Rosario” dan “3 Peristiwa” sebagai Doa Batin

  • Disebutkan oleh beberapa kisah dan tradisi, pada abad 13, St. Dominikus melakukan banyak upaya untuk menyebarkan Psalterium Marianum dalam pergerakannya melawan aliran sesat Albigensian. Diceritakan oleh Beato Alan de la Roche dalam bukunya De Dignitate Psalterii bagaimana St. Domunikus mendapatkan penampakan dari Bunda Maria yang menguatkannya dan mendorongnya untuk memaklumkan dan mengembangkan Mazmur Maria sebagai sarana untuk melawan kesesatan. Pada masa ini, ada “Tujuh Suka Cita Maria” yang ikut direnungkan yang nantinya menjadi cikal bakal dari “Peristiwa Gembira dan Mulia”
  • Menurut beberapa catatan, tampaknya awal abad ke-14, devosi ini baru disebut sebagai “Rosario” (dari bahasa Latin, Rosarium) yang berarti “Untaian Mawar” atau “Taman Mawar” yang mengacu pada simbol religius dari Bunda Maria pada masa itu sebagai mawar indah yang harum mewangi dan juga ungkapan-ungkapan syukur, hormat, dan pujian.
  • Selain adanya “7 Suka Cita Maria” pada abad ke-14, karena di Eropa berkali-kali dilanda penyakit sampar yang mengerikan, berkembang pula renungan “Tujuh Duka Maria” yang menjadi cikal bakal dari “Peristiwa Sedih.” Pada tahun 1400, di biara Charteux di Tier digubah karya yang berjudul “Rosario Kecil Santa Perawan Maria” oleh Adolf von Essen yang berisi tentang renungan hidup Yesus (dari kelahiran, kematian sampai kebangkitan) lewat renungan “Suka Cita Maria” dan “Duka Maria” sembari mendaraskan doa salam Maria.
  • Pada abad ke-15, lewat kegigihan dari Beato Alan de la Roche terbentuklah 150 tema yaitu : (a). 5 renungan tentang inkarnasi selama 50 doa Salam Maria yang pertama, (b). 5 renungan tentang Sengsara Kristus selama 50 Salam Maria yang kedua, dan (c). 5 renungan tentang kenaikan dan pemuliaan Kristus selama 50 Salam Maria yang ketiga. Ketiga hal ini dikenal dengan Peristiwa Gembira, Sedih, dan Mulia. Pada waktu itu, Peristiwa Terang belum ditambahkan karena baru muncul tahun 2002 oleh Paus Yohanes Paulus II. Dengan merenungkan 15 peristiwa itu, Beato Alan de la Roche mengajak para pendoa Rosario agar jangan hanya mengucapkan doa saja tetapi lebih penting daripada itu adalah merenungkan peristiwa tertentu sehingga dapat meneladan sikap hati Maria dalam mengikuti puteraNYa.

Tahun 1488, dengan munculnya mesin cetak, di Spanyol daftar renungan peristiwa ini dicetak dan nantinya pada tahun 1569 disahkan oleh Paus Pius V ketika beliau mengesahkan rosario sebagai doa gereja yang sah.

Tahap IV: Penetapan Bulan Rosario, Penambahan Doa Maria Fatima

  • Perkembangan selanjutnya adalah penetapan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Penetapan ini berawal dari penetapan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Pesta ini ditetapkan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1573 utk mengenang “kemenangan” pasukan katolik atas pasukan Ottoman berkat doa rosario dalam pertempuran di Lepanto. Pada tahun 1716, Paus Klemens XI memperluas perayaan Pesta Ratu Rosario itu ke seluruh Gereja. Secara resmi, tanggal 1 September 1883, Oktober ditetapkan sebagai Bulan Rosario oleh Paus Leo XIII, dalam Eksikliknya Supremasi Apostolatus. Dalam ensikliknya, Octobre Mense, 22 September 1891, Paus Leo XIII menyatakan secara resmi bahwa bulan Oktober dibaktikan dan dikuduskan kepada Santa Perawan Maria, Ratu Rosario
  • Mulai Mei 1917 sampai Oktober 1917 setiap tanggal 13, Bunda Maria menampakkan dirinya kepada tiga anak di suatu tempat bernama Cova da Iria, di kota Fatima. Dalam rangkaian penampakannya, Bunda Maria berbagi tentang kehidupan, bahaya yang dihadapi dunia, dan alam kematian. Bunda Maria berpesan untuk berdoa rosario setiap hari demi pertobatan dan perdamaian dunia. Bunda Maria juga meminta untuk mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian. “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu, Amin.” Doa ini dikenal “Doa Fatima” yang diucapkan setelah menyelesaikan satu peristiwa.

Tahap V: Penambahan Peristiwa Terang/Cahaya

  • Berdasarkan pada Ensiklik Marialis Cultus dari Paus Paulus VI yang berbicara tentang Rosario sebagai ringkasan Injil, pada 16 Oktober 2002, dalam ensiklik Rosarium Virginis Mariae, Paus Yohanes Paulus II menetapkan satu peristiwa lain lagi untuk melengkapi kisah hidup Yesus yaitu Peristiwa CAHAYA (TERANG) dari Yesus dibaptis di sungai Yordan sampai menetapkan ekaristi.
  • Santo Yohanes Paulus II mengingatkan juga dengan mendoakan Rosario, kita menapaki inti dasar Injil yang menyingkapkan misteri hidup Yesus dan karya penyelamatan-Nya. Ia bukanlah soal hitungan angka 50 atau 150, dalam kaitan dengan hitungan 150 Mazmur. Namun doa yang mengajak kita merenungkan misteri hidup Yesus. Kita berguru pada sekolah Maria: belajar menatap kemuliaan wajah Kristus dan mengalami kedalaman kasih-Nya. Ia pun mendorong semua umat beriman untuk berdoa rosario dalam keluarga.

Dari uraian di atas, bisa dikatakan bahwa doa rosario tidak sekali jadi. Ia mengalami perkembangan tahap per tahap. Setiap tahapnya mengarahkan pada makna dasar Rosario itu sebagai untaian mawar yang menyatu dalam hidup Maria dan Yesus. Ia adalah doa renungan atas misteri keselamatan (dari saat Yesus mulai dikandung sampai Ia dimuliakan di surga dan mengutus Roh Kudus). Maka tepatlah kiranya disebutkan bahwa Doa Rosario ini bercorak Kristosentris. Dengan kata lain, doa Rosario, pertama-tama, bukan ditujukan kepada Maria, tetapi Yesus Kristus. 10 kali salam Maria yang mengiringi setiap peristiwa menunjukkan bahwa Maria menemani perjalanan kita untuk sampai kepada Yesus (per Mariam ad Iesum) dan kita ingin belajar bersama Maria untuk menatap wajah Yesus.

CYSJ

*tulisan ini disarikan dari beberapa sumber:

De Montfort, Louis. Rahasia Rosario. Cetakan ke-13. Jakarta: Obor, 2020.

Kristin, dkk. Aneka Doa Rosario – Sejarah, Kesaksian dan Mukjizat. Jakarta: Obor, 2019.

Marian Centre Indonesia. Rosario – Ajakan dan Tuntunan Bunda Menuju Yesus. Jakarta: Marian Centre Indonesia, 2018.

William, Franz Michel. The Rosary – Its History and Meaning. New York: Benziger Brothers, Inc, 1952.

This entry was posted in Berita KOMUNITAS. Bookmark the permalink.