Martir Medsos … Martir Jaman Now

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

 

 

Pada Minggu Paskah VII kita juga berada dalam rangkaian Novena menantikan datangnya Roh Kudus yang secara liturgis dirayakan dalam Pentekosta. Selain itu, Minggu Paskah VII juga ditetapkan sebagai minggu Komsos (Komunikasi Sosial) sedunia. Sebuah gerakan untuk menggugah kesadaran kita semua untuk memeluk kemajuan teknologi informatika dan dunia digital sebagai anugerah Tuhan untuk umat manusia, sekaligus juga ajakan untuk menggunakan gadget dan kemajuan teknologi informatika dengan bijak dan berhikmat untuk menjalin persaudaraan, solidaritas dan persatuan antar manusia. Sekaligus melawan berbagai bentuk penggunaan media untuk maksud merusak yaitu hoax, berita bohong, ujaran kebencian, fitnah dan menyebarkan virus keburukan atau kejahatan melawan kemanusiaan. 

 

Sebagai orang kristiani, kita diajak untuk menggunakan media komunikasi sosial (media cetak, media online, medsos, media audio visual, dll) untuk mendukung misi gereja yaitu mewartakan Injil, Kabar Baik kepada dunia. Dengan demikian kita diajak untuk berselancar di dunia digital dan meniti gelombang kemajuannya namun kita tidak tenggelam dan diperbudak olehnya, sebaliknya justru mampu membawa kita kepada tujuan mulia mempersatukan dan membawa kebaikan, kesejahteraan umat manusia (bonum communae) seperti tercermin dalam kata komunikasi yang berarti menjadi satu. Itulah inti doa yang dipanjatkan Yesus Sang Imam Agung untuk para murid dan kita semua: “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, Ya Bapa, ada di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga ada di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” 

 

Kalau dalam komunitas gereja perdana terdapat Stefanus yang menjadi martir pertama. Martir dalam perngertian paling dasar dan awal yaitu mati demi kesaksian iman. Kesaksian iman dituntaskan dengan menyerahkan nyawa sebagai harganya. Martir Stefanus menyongsong kemartiran dengan gagah berani, seraya mengikuti teladan Sang Guru yaitu dengan penyerahan diri dan pengampunan. Sementara dilempari batu, Stefanus berdoa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!” Dan sambil berlutut Stefanus berseru dengan suara nyaring, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” 

 

Kita membutuhkan martir-martir jaman now. Barangkali bukan dengan menumpahkan darah, tetapi dengan menjadi martir-martir persekutuan, persatuan dan martir medsos yang gigih menebarkan virus kebaikan, harapan, optimisme, persaudaraan, cinta kasih dan damai sejati. Kita butuh “Martir Medsos” yang bijak dan cerdas berhikmat mengendalikan jempol dan jemari untuk menebar kabar baik kepada sesama. 

 

Pada kesempatan jelang Idul Fitri, kita bergembira dan bersyukur bersama saudara/i kita umat Islam yang menyelesaikan bulan puasa dan menyongsong hari kemenangan. Manusia kembali ke fitrahnya sebagai makhluk yang luhur dan mulia. Alangkah baiknya, kita menyediakan waktu untuk berkunjung dan silaturahmi mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada, tetangga, teman, rekan kerja di sekitar kita untuk meneguhkan kesatuan dan kerukunan di antara kita sesudah sempat terganggu karena kegaduhan pemilu. Selamat mudik dan liburan bagi yang mudik. Hati-hati di jalan. Bagi yang tinggal di Jakarta, selamat menikmati Jakarta yang lengang, bebas dari kemacetan meski untuk sementara. 

 

Semoga berkat doa dan penyertaan Bunda Maria, Ratu Surga, Bunda Segala Suku, Bunda Umat Berhikmat, kita semakin bersatu dan gigih mewartakan kabar baik, sukacita Injil kepada sesama.

 
 

Tuhan memberkati. 

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.