Robohkan Tembok Pemisah 

Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

 

Pada zaman ini, kita hidup di dunia yang makin hari makin “sempit”. Semakin sedikit halangan bagi kita untuk bersilaturahmi walau terpisah oleh jarak yang jauh. Perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi membawa kita semakin saling dekat dan terkoneksi, bahkan saling tergantung. 
 
Namun, kendati saling dekat dan terkoneksi, toh perpecahan di antara kita masih saja terjadi. Malahan, seringkali perpecahan itu jadi cukup mendalam. Jurang antara si miskin dan si kaya, bukannya menyempit tapi melebar. Lihatlah di jalanan sekitar kita, tidak sulit menemukan orang-orang yang dengan susah payah mendorong gerobak untuk mengais sesuap nasi bersanding dengan mobil-mobil mentereng yang kinclong membawa penumpangnya bepergian. Kita pun menjadi terbiasa melihat dan mengalami hal semacam ini. Ternyata kemudahan yang bisa kita nikmati dari perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi ini menjadi lebih nyaman. 
 

Dalam dunia semacam ini, media sesungguhnya bisa membantu kita untuk saling mendekat, menciptakan suatu relasi yang lebih hangat sebagai keluarga besar untuk mengembangkan solidaritas dan upaya yang serius menuju kehidupan bersama yang lebih bermartabat. Komunikasi yang baik membantu kita untuk tumbuh bersama dengansemakin dekat, semakin saling mengenal, dan akhirnya tumbuh dalam kebersamaan. Tembok yang memisahkan kita bisa dirobohkan hanya bila kita mau saling mendengarkan dan belajar. Internet, secara khusus, menawarkan kemungkinan yang sangat luar biasa untuk membangun kebersamaan dan solidaritas yang luas. 
 

Toh, hal ini tidak menutup mata kita akan persoalan yang terkandung di dalamnya. Kecepatan teknologi komunikasi ini seringkali melampaui kapasitas kita untuk dapat mencerna dan merenungkan suatu informasi dengan baik. Akibatnya, terbangunlah suatu jaringan informasi yang tidak seimbang dan menguras emosi dan memunculkan ekspresi-ekspresi diri yang tidak proporsional. 
 

Hal ini masih ditambah lagi dengan kecenderungan yang menggila bahwa ruang komunikasi didominasi oleh motivasi komersionalisasi dalam berbagai bentuk, mulai dari konsumsi sampai pencemaran nama baik. Jadi, bahaya juga berada di depan mata kita bahwa teknologi komunikasi yang semakin canggih justru membuat kita gagal melihat orang lain sebagai sesama yang mesti kita sayangi. 
 

Dalam situasi ini, tidak cukup bila kita sekadar menjadi orang yang “mampir lewat” di “jalan tol” dunia digital, dan sekedar “kenal” dengan orang lain. dunia digital yang kompleks ini adalah karunia Allah yang mesti kita gunakan untuk semakin mencintai dan merasa dicintai, untuk menyebarluaskan cinta dan kabar gembira. 
 

Bersama-sama, kita mesti membangun dunia digital agar menjadi suatu lingkungan yang menyejukkan bagi kemanusiaan dan kooperatif dalam membangun dunia yang lebih sejahtera bagi sbanyak mungkin orang. Hal ini hanya bisa kita lakukan bila kecepatan internet kita imbangi dengan ketulusan dan kesabaran dalam mencerna informasi yang diterima dan memberikan semua informasi atas dasar cinta. 
 

Paus Fransiskus 

This entry was posted in Seputar Gereja. Bookmark the permalink.